Oleh: Asnawin Aminuddin
(Komisi Kominfo MUI Sulsel / Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pernah ditanya, “Ya Rasul, siapa orang mukmin yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling mulia akhlaknya”. Lalu beliau ditanya, “Siapa orang beriman yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati dan yang baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR lmam lbnu Majah; No. 4259)
Dalam hadits lain disebutkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. At-Tirmidzi; No. 2307)
Jadi orang yang paling cerdas menurut Rasulullah, yaitu orang yang paling banyak mengingat mati dan mempersiapkan bekal menghadapi kehidupan setelah mati. Maka Rasulullah menyuruh kita memperbanyak mengingat mati, memperbanyak mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian.
Mengapa kita diperintahkan banyak mengingat mati, karena kita semua pasti akan mati. Allah berfirman, “kullu nafsing zaaa-iqatul mauut”, setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
Setelah kita mati, kita akan hidup di alam barzakh, di alam kubur, sampai hari kiamat dimana kita semua akan dibangkitkan kembali.
Saat dibangkitkan dari alam kubur, semua manusia dalam keadaan telanjang, tidak memakai alas kaki, tidak ada sehelai benang pun di tubuhnya, tidak dikhitan, seperti saat lahir ke dunia, laki-laki dan perempuan sama.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun (pada hari Kiamat) menuju Allâh Azza wa Jalla dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan tidak dikhitan.”
Maka istri Rasulullah, ‘Aisyah radiallahu anha bertanya, “Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan, satu sama lain bisa melihat auratnya?”
Nabi saw menjawab: “Kejadian ketika itu lebih dahsyat sehingga memalingkan mereka dari keinginan seperti itu.” (HR. Bukhari)
Setelah manusia dibangkitkan dari alam kubur, manusia berjalan menuju Padang Mahsyar. Ada yang berjalan kaki, ada yang berkendaraan, dan ada yang berjalan dengan wajahnya.
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat, manusia akan dikumpulkan menjadi tiga golongan. Satu golongan berjalan kaki, satu golongan berkendaraan, dan yang satu golongan lagi berjalan dengan wajah mereka.”
Kemudian para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya mereka berjalan dengan wajahnya?”
Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah-lah yang telah membuat mereka bisa berjalan dengan kedua kakinya, maka Dia juga bisa membuat manusia berjalan dengan wajahnya. Pada saat itu, alangkah sukarnya mereka berjalan karena harus berjalan dengan menjaga wajah mereka dari tanah-tanah yang terjal dan banyak tanaman berduri.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Semua manusia, mulai dari Nabi Adam hingga manusia terakhir yang lahir ke dunia, semuanya dikumpulkan di Padang Mahsyar. Padang Mahsyar itu tempat yang datar dan sangat luas, tidak ada pohon, tidak ada sungai, tidak ada gunung, tidak ada tempat berteduh, dan matahari di atas kepala kita hanya berjarak sekitar 1 mil atau sekitar 1,6 kilometer di atas kepala kita.
Matahari didekatkan di atas kepala-kepala manusia, hingga peluh keringat bercucuran membasahi tubuh mereka. Sebagian manusia, ada yang terendam oleh keringatnya sebatas mata kakinya, ada yang terendam sebatas lututnya, ada yang sampai pinggangnya, ada yang sampai pundaknya, bahkan ada yang sampai ke mulutnya. Keadaan mereka ini sesuai dengan amalan-amalan mereka.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Pada hari kiamat, matahari akan didekatkan (oleh Allâh) kepada seluruh makhluk hingga hanya sejarak satu mil.
Bayangkan betapa panasnya nanti di Padang Mahsyar. Tapi ada beberapa golongan manusia yang nanti akan mendapatkan naungan di Padang Mahsyar. Dalam salah satu hadits disebutkan, ada tujuh golongan manusia yang mendapatkan naungan di Padang Mahsyar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
Yang dimaksudkan “pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya”, yaitu di Padang Mahsyar.
Golongan pertama yaitu imam yang adil. Yang dimaksud dengan imam yaitu para pemimpin, mulai dari presiden, para menteri, gubernur, walikota, bupati, camat, hingga lurah dan kepala desa. Juga semua orang yang menjadi pimpinan banyak orang, bahkan termasuk kepala keluarga.
Yang dimaksud adil yaitu seorang imam yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allâh Azza wa Jalla dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas dan tidak menyia-nyiakannya.
Jadi kalau ada pemimpin yang suka main gusur rakyat, membungkam aspirasi rakyat, dan melakukan berbagai macam perlakuan tidak adil kepada rakyat, maka sungguh dia tidak termasuk imam yang adil, tidak termasuk orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah di Padang Mahsyar nanti.
Golongan kedua yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, yaitu seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam ketaatan beribadah kepada Allâh. Kenapa pemuda? Karena pemuda (terutama usia-usia pelajar dan mahasiswa) itu biasanya, nafsunya begitu tinggi pada dunia, dan kebanyakan lalai dari akhirat.
Kalau ada pemuda yang rajin shalat berjamaah di masjid, rajin mengikuti pengajian, rajin mengaji, akhlaknya pun bagus pada ibu bapaknya, dialah pemuda yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Pemuda seperti itu sangat jarang kita temui, karena kebanyakan pemuda itu lalai, mereka lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya.
Sebagian remaja, mahasiswa, pemuda, melewati masa mudanya dengan melakukan perbuatan sia-sia, main game, main tiktok, main medsos, hura-hura, bahkan ada yang melakukan perbuatan maksiat.
Sangat jarang remaja, mahasiswa, pemuda yang melewati hari-harinya dengan beribadah, mampu mengendalikan hawa nafsunya, rajin shalat, rajin beribadah. Pemuda yang tumbuh dalam ketataan beribadah seperti inilah yang kelak akan mendapat naungan di Padang Mahsyar.
Tertambat Hatinya dengan Masjid
Golongan ketiga yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, yaitu seorang yang hatinya bergantung ke masjid. Yang dimaksud di sini terutama laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Sampai pun untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan pahalanya lebih besar, sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid.
Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu waktu shalat, bahkan banyak yang memasang alarm shalat di hapenya. Pemuda yang tetap berada di masjid antara magrib dan isya, apalagi biasa ada pengajian magrib-isya, membaca Al-Qur’an, membaca buku-buku agama.
Orang yang hatinya tertambat dengan masjid adalah mereka yang selalu mengingat waktu shalat berjamaah walau dalam keadaan super sibuk. Sopir kendaraan ketika mendengar suara adzan, segera memarkirkan kendaraannya untuk mengerjakan shalat.
Pegawai kantoran bergegas ke masjid ketika terdengar adzan berkumandang, bahkan kalau perlu kita sudah menuju ke masjid sebelum adzan. Mereka ini salah satu golongan yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar.
Golongan keempat yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, yaitu dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
Yang dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah, sehingga teman yang dipilih adalah karena tertarik pada kesalehan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.
Nabi Yusuf dan Zulaikha
Golongan kelima yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, yaitu seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’
Yang mengajaknya berzina adalah seorang wanita cantik lagi punya kedudukan, seorang pejabat, bukan perempuan biasa, bukan perempuan pezina, tapi dia dengan tegas mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”
Contoh yang paling mahsyur yaitu Nabi Yusuf. Nabi Yusuf itu dikisahkan orangnya sangat tampan. Dia dipungut dan dipelihara oleh seorang pembesar kerajaan. Ketika ia beranjak menjadi pemuda, Nabi Yusuf diajak berzina oleh isteri majikannya. Dalam berbagai kisah disebutkan nama isteri majikannya yaitu Zulaikha.
Zulaikha sengaja menjebak Nabi Yusuf hingga mereka tinggal berdua di dalam kamar. Kemudian Zulaikha mengunci pintu kamar dan mengajak Nabi Yusuf untuk berzina.
Bayangkan, mereka hanya berdua di kamar, tidak ada yang melihat, dan perempuan cantik itu mengajaknya berzina. Tentu tidak mudah bagi seorang laki-laki menahan godaan apabila sudah menghadapi keadaan seperti ini.
Nabi Yusuf juga sebenarnya tertarik kepada Zulaikha, tapi Allah SWT memberinya tanda hingga ia ketakutan dan menolak ajakan Zulaikha, tapi Zulaikha tetap memaksanya dan Nabi Yusuf berlari menuju pintu kamar untuk keluar. Zulaikha menarik baju Nabi Yusuf dari belakang hingga baju Nabi Yusuf robek di bagian belakang.
Jadi kalau ada laki-laki yang diajak berzina oleh seorang perempuan dan ia dengan tegas menolaknya karena takut kepada Allah, maka mudah-mudahan ia termasuk orang yang mendapat naungan di Padang Mahsyar.
Sedekah Secara Sembunyi-sembunyi
Golongan keenam yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, yaitu seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya.
Sekarang ini banyak orang yang kelihatannya rajin bersedekah, rajin berbagi, rajin membantu, tetapi itu mereka lakukan karena mereka maju sebagai calon legislator (caleg), calon anggota DPRD, calon Anggota DPR RI, calon Anggota DPD RI.
Ditambah juga banyak tim sukses calon presiden – calon wakil presiden yang rajin berbagi, rajin membagi-bagikan baju kaos, sembako, dan amplop.
Bukan ini yang dimaksudkan. Yang dimaksudkan adalah mereka yang berinfaq, bersedekah secara sembunyi-sembunyi, tidak diketahui oleh orang lain, sampai-sampai istri dan anak-anaknya pun tidak mengetahui bahwa ia bersedekah.
Berdzikir dan Meneteskan Air Mata
Golongan ketujuh yang akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, yaitu seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Orang yang bangun tengah malam, shalat, berdzikir, lalu meneteskan air mata. Orang yang mengalir air matanya karena takut kepada Allâh memiliki beberapa keutamaan, antara lain tidak disentuh oleh api neraka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ada dua mata yang tidak disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allâh, dan mata yang bergadang karena menjaga peperangan di jalan Allâh.
Jadi para pejuang yang berjuang di jalan Allah, insya Allah, termasuk para pejuang Hamas di Palestina, itu termasuk orang-orang yang matanya tidak akan tersentuh api neraka.
Demikian tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT kelak di Padang Mahsyar, dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya. Mudah-mudahan kita masuk dalam salah satu golongan atau beberapa golongan manusia yang kelak akan mendapat naungan di Padang Mahsyar, amin. (Red)