Lurah Bulukunyi Lempar Tanggung Jawab Bahas Mushola Yang Dibangun Haris Toro

H.Maggaukang Rowa dan Kaharuddin Nassa Hadir Tanpa Diundang Dalam Pertemuan di Kantor Lurah, Layaknya Lagi Perkeruh Suasana

TAKALAR TOPIKTERKINI.ID, Tidak pernah terbayang dipikiran
kalau Haris Toro tidak mau lagi salat di masjid Nurul Hikmah lingkungan makammu 1 kelurahan bulukunyi kecamatan polombangkeng selatan kabupaten takalar sulawesi selatan tempatnya bermukim.
Persoalannya tidak pernah terjadi pertengkaran antara dirinya dengan satupun sesama jamaah masjid lainnya sebelumnya.
12 tokoh masyarakat mengatakan
kecuali Haris Toro pernah gagal jadi imam lingkungan makammu 1 dua tahun silam.
Saat itu masyarakat lingkungan makammu 1 mengajukan dua nama calon imam masing-masing ; Ilyas Dg Sialle dan Haris Toro’ ke kelurahan setempat untuk proses pemilihan menjadi imam menggantikan imam lingkungan yang meninggal.

Dari dua calon tersebut kata masyarakat adalah; Ilyas Dg Sialle punya pengalaman pernah lama jadi imam, sedangkan Haris Toro saat itu masih aktif sebagai ketua BPD di desa lain, desa su’rulangi kecamatan polombangkeng selatan bukan dikelurahan bulukunyi.

Mungkin dasar itulah sehingga camat polombangkeng selatan Edy Badang sebagai pejabat berkompeten menentukan pengangkatan imam, menetapkan Ilyas Dg Sialle jadi imam lingkungan makammu 1.

Dan itulah barangkali membuat Haris Toro tidak mau bergabung dengan imam yang terpilih saat itu untuk bersama-sama menunaikan perintah allah swt di masjid lama dan memilih hengkang salat dari masjid di lingkungannya sendiri

Setelah bertahun meninggalkan masjidnya kemudian Haris Toro mendirikan mushola yang jaraknya hanya kurang lebih 50 meter dari masjid lama.
Sementara membangun mushola kata masyarakat apalagi berdekatan dengan masjid sesungguhnya tidak serta merta kecuali harusnya ada kajian lebih mendalam, tidak adakah unsur persaingan atau unsur dendam?.

12 tokoh masyarakat masing-masing ; dua bernama Dg.Tompo dan dua bernama DgNgerang dan 8 orang lainnya masing-masing ; Dg.Kawang, Dg.Gassing, Dg.Nambung, Dg.Bella, Dg.Ajang, Dg.Narang, Malik dan Dg.Tutu kepada Topikterkini.id jumat 24/3 mengatakan bahwa terlebih Haris Toro sudah lama hengkang salat di masjid linkungan makammu 1 tanpa jelas pemicunya, juga beberapa warga lainnya yang merupakan simpatisannya ikut bersamanya sehingga sangat diragukan unsur persaingan saja.
Beberapa warga yang merupakan pendukung Haris Toro tidak mau bersama imam lingkungan Ilyas Dg Sialle, satu diantaranya adalah bernama Dg Bonto suami seorang pegawai negeri (guru) kepala SD Pajenekang desa surulangi kecamatan polombangkeng selatan.
Sehingga Dg Bonto sebagai suami ASN harusnya mendorong Haris Toro menerima kegagalan bukan justru berpihak tidak mau juga salat dimasjid itu.

Karena sangat berdampak kepada perpecahan persatuan dan kesatuan warga di lingkungan tersebut.

Atas penomena tersebut, 12 tokoh masyarakat berharap tidak menjadi pembiaran oleh pemerintah setempat karena bukan tidak mungkin akan berdampak luas dan bisa menciptakan kesenjangan sosial di masyarakat.

Oleh karena itu kata 12 tokoh masyarakat, pihak-pihak berkompeten hendaknya jangan anggap remeh persoalan ini dan jangan diam sebagai upaya antisipasi ummat islam hususnya di lingkunhan makammu 1 tidak terpecah belah.

Namun sangat disayangkan karena pihak berkompeten yang wajib menjadi midiator untuk kerukunan kedua kubuh tersebut justru hadir seperti layaknya memperkeruh suasana.

Betapa tidak lurah bulukunyi, Nasaruddin Daud juga dianggap tidak jentel lempar tanggung jawab mengundang pihak kementerian agama setempat walau dengan niat suci agar bisa mengarahkan masyarakat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan di lingkungan itu serta terjaga dengan baik tetapi yang terjadi justru sebaliknya karena yang menyertai kepala kantor kemenag seperti yang terlihat dalam gambar masing-masing ;

H.Hasyid Hasan Palogai, H.Maggaukang Rowa, Kaharuddin Nassa dan yang lainnya, dua diantatranya kata masyarakat yang hadir hari itu H.Maggaukang Rowa kolaborasi Kaharuddin Nassa dengan tegas ditengah-tengah masyarakat menyatakan Copot oknum yang tidak disukai masyarakat.
Sementara H.Manggaukang Rowa selain tidak tercantum dalam undangan juga tidak dikenal kapasitasnya sebagai apa sehingga harusnya tidak pantas bicara apa-apa terlebih menghendaki pencopotan.
Demikian juga Kaharuddin Nassa karena diketahui bukan warga lingkungan makammu 1

Menurut masyarakat yang hadir hari itu bahkan H.Maggaukang Rowa dibantu Kaharuddin Nassa mendorong pemerintah setempat untuk mengusul pencopotan, nanti di back ap olehnya sampai ke kabupaten.

Statemen H.Manggaukang Rowa seperti itu kata masyarakat sangat tidak rasional, karena yang tidak suka imam lingkungan makammu 1 Ilyas Dg Sialle hanya Haris Toro dan simpatisannya karena kalah pemilihan imam, bukan yang lainnya sehingga yang patut dilakukan adalah menyadarkan mereka untuk menerima kegagalan itu.

Dikatakan masyarakat bahwa statemen H.Manggaukang Rowa bisa menjadi bola liar yang tidak bisa diprediksi kapan muncul menyerang hingga memecah persatuan dan kesatuan ummat khusu di lingkunhan makammu 1.

Sehingga yang diharapkan masyarakat saat itu adalah supaya kedua pihak ini menjadi rukun kembali.

Saat statemen H.Maggaukang Rowa di hadapan kepala kemenag takalar, Solihin tetapi kepala kemenag justru tidak bisa bersikap sebagai upaya menjaga stabiliatas keamanan di masyarakat.

Untung saja masyarakat kubuh imam lingkungan tidak terpancing emosi karena hari itu tidak terlihat bhabinkamtimas jika seandainya terjadi bentrokan, kecuali kepala kemenag, Solihin mengatakan asal mushola tersebut tidak digunakan salat jumat dan menerima zakat fitrah.

Statemen H.Manggaukang Rowa oleh masyarakat setempat menilai bukan solusi yang terbaik tetapi justru bisa memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat di lingkungan itu.

Sehingga H.Manggaukan Rowa walau tidak punya undangan asal tidak bicara layak memperkeruh suasana atau lebih kepada menyarankan pihak-pihak Haris Toro untuk legowo menerima kegagalan jadi imam.
Apalagi saat penetapan imam waktu itu Haris Toro masih ketua BPD di desa lain, desa surulangi bukan dikelurahan bulukunyi sehingga sangatlah bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan jika Haris Toro ditetapkan jadi imam lingkungan saat itu.
Dan sadar kata banyak masyarakat bahwa untuk meraih sesuatu yang dikehendaki adalah tidak lari dari campur tangan Allah SWT artinya kalau belum ada garis tangan atau rezeki mustahil yang dikehendaki itu bisa dicapai, jadi bersabar dan tunggu waktunya nanti, seperti itu sesungguhnya yang harus di kedepankan unsur pemerintah termasuk H.Manggaukang Rowa dan Kaharuddin Nassa.

Perihal hengkangnya Haris Toro dari masjid lama kemudian membangun mushola hanya berjarak sekitar 50 meter, mendapat reaksi keras dari seorang tokoh masyarakat, Drs.H.Muhammad Dahlan Dg Tompo ditempat itu (kantor lurah) didepan kepala kemenag takalar, mengatakan membangun mesjid/mushola itu sangat di anjurkan oleh Nabi Muhammad swa, tetapi kalau didalam hati terselip persaingan atau ada niat2 persaingan harusnya dihindari saja atau lebih baik yang ada saja di bina perkembangannya terlebih kalau sangat berdekatan, kecuali di masjid yang ada tidak mampu lagi menampung jamaah atau masjid yang ada jaraknya berjauhan dengan penduduk setempat.

Selain itu reaksi mantan anggota DPRD takalar asal partai demokrasi indonesia perjuangan (PDIP) bersama 11 lainnya adalah kepada camat setempat agar memberikan perhatian seperlunya sebelum terjadi hal-hal yang bisa menimbulkan pertengkaran antar sesama warga.
Ditempat itu kantor lurah bulukunyi, H.Tompo panggilan akbar Drs.H.Muh.Dahlan mengaku ingin tau apa mushola itu bisa menjadi tempat salat tarawih tetapi yang menjawab H.Manggaukan Rowa, bukan kepala kemeneg.

Camat polombangekeng selatan, Edi Badang diharapkan tidak tinggal diam sebagai upaya antisipasi retaknya kebersamaan warga khususnya dilingkungan makammu1, pinta masyarakat.

Karena sesungguhnya persoalan ini kata masyarakat adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah setempat bukan kepada yang lain sehingga lurah juga dipandag tidak jentel mengundag pihak lain yang justru lebih berpeluang memecah belah perstauan dan kesatuan masyarakat.

Hingga berita ini di publis tak satupun pihak-pihak terkait berhasil dimintai sikapnya.

MaggarisiSaiyye

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *