Awal Pemerintahan Syamsari-H.Acmad, Ribuan Tenaga Sukarela Dibabat Habis (6)

TAKALAR TOPIKTERKINI.ID, Dari tanggal 22 desember 2022 H.Syamsari berakhir masa jabatannya sebagai bupati takalar. Saat ini jumat 24/3 sudah 3 bulan lebih 2 H.Syamsari angkat kaki dari rumah jabatan yang dibangun dari uang rakyat.
Kini meninggalkan kenangan untuk sepanjang masa, tidak disangkali terdapat kenangan baik tetapi dari jumlah penduduk takalar mungkin sekitar 1 % yang merasakan itu atau dibawahnya lagi, oleh karena itu jauh lebih banyak kenangan buruk.

Hampir semua masyarakat di 12 kecamatan berucap demikian tidak akan lupa sampai dunia kiamat

bahkan seorang ustads dalam videonya bersumpah tidak akan memilih Syamsari jika ikut pemilu caleg DPR RI bahkan ustads Lawan mengatakan sampai cucu-cucu Syamsari tidak mau dipilih lagi.

Betapa tidak di awal pemerintahannya selain kejam tega kepada ASN tidak membagi TPP 2018 juga kepada ribuan tenaga sukarela yang tersebar di sejumlah instansi dalam lingkup pemerintah daerah kabupaten talalar dibabat habis, layaknya H.Syamsari manusia tidak berhati dan tidak punya rasa prikemanusiaan sebab yang patut dilakukan Syamsari ketika itu adalah mensyukuri dan menghargai karena tenaga sukarela mau membantu bertugas layaknya ASN untuk kepentingan kegiatan pemerintahan dan pembangunan takalar sehingga wajarnya bukan dibabat.

Lagi pula dalam kontrak politiknya H.Syamsari Kitta paket H.Achmad Dg.Se’re menyatakan akan membuka 10.000 lapangan kerja.

Tetapi kemudian lupa diri, padahal dengan kontrak politiknya yang dibacakan di perdengarkan
ditengah ribuan warga takalar ketika itu, membangkitkan semangat simpatik masyarakat hingga menjatuhkan hasratnya kepada Syamsari-H.Achmad memilih menjadi bupati wakil bupati hingga bisa menikmati setumpuk hasil yang membanggakan dari pilihan rakyat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Namun jasa dan ketulusan hati rakyat tidak sampai kepada keseluruhan dibalas dengan kebaikan sehingga rasa penyesalan berkepanjangan tidak akan habis-habisnya, kata Kusbin Dg.Ngempo.

Persoalannya sejak takalar memisahkan diri dari jeneponto tahun 1960, masyarakat tidak pernah mengalami sistem pemerintahan seperti pemerintahan Syamsasri-H.Achmad lebih buruk dari yang buruk kata Kusbin lagi mewakili banyak masyarakat.

Cerita diatas bukan kata tanpa fakta, bukan hanya tidak mau membagi TPP 2018 dan membabat habis tenaga sukarela tetapi juga membabat baruga karaeng bainea yang banyak manfaatnya saat masih berdiri.

baruga karaeng bainea sebelum dibabat

Demikian juga kursi-kursi tamu disekeliling teras rumah jabatan juga tidak luput dari babatan, dipangkas sekaligus disingkirkan hingga tidak ada ruang untuk tamu lima tahun, padahal rumah jabatan itu bukan milik H.Syamsari melainkan milik rakyat, kata Kusbin Dg.Ngempo lagi.

Tidak ada ruang untuk tamu tetapi sangat ironis karena anggaran belanja rumah jabatan kata Kusbin di bagian umum setiap bulan tidak pernah tersisa bahkan boleh dibilang mau tambah lagi.

Begitu juga kursi tamu diluar ruang kerja Syamsari kantor bupati juga dibabat kecuali satu unit kursi staf pencatat surat-surat keluar-masuk.

Keadaan mengerihkan seperti itu pernah dialami MaggarisiSaiyye bersama HasdarSikki dan HamzarhSiriwa tepatnya akhir desember 2020 dua tahun persis masa jabatan Syamsari-H.Ahmad berjalan.

Ketika staf perempuan itu ditanya seperti inikah kondisi setiap hari, staf perempuan itu menurut informasi sepupu satu kali dengan Syamsari, menjawab, seperti begitulah.

Oleh MaggarisiSaiyye bersama dua orang rekannya menyaksikan betapa buruknya sistem pemerintahan yang dibangun Syamsari, ajudan pribadinya HAMKA namanya hari itu tidak pernah membuka ruang untuk tamu ketemu dengan bupatinya, setiap keluar masuk pintu buka tutup serta tidak pernah juga menyapa tamu itu ibarat manusia lebih sombong arogansi dari yang sombong dan yang lebih arogansi.

Hari itu MaggarisiSaiyye, HasdarSikki dan HamzarhSiriwa bermaksud ketemu dengan bupati atas sesuatu kepentingan pemberitaan perihal sistem pemerintahan yang buruk, namun itulah penyebabnya sehingga niat baik ketemu saat itu tidak kesampaian, ajudan bersama staf yang seperti itu semoga tidak lagi di gunakan oleh pj bupati Setiawan Aswad.

Perihal kontrak politiknya membuka 10.000 ribu lapangan kerja, kata Dg.Ngempo sangat bertentangan dengan kenyataan seperti Syamsari kehilangan ingatan.
Betapa tidak yang terjadi justru orang yang sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan guru diberikan lagi kesempatan menjadi kepala desa seperti kepala desa aeng batu-batu kecamatan galesong utara, kepala desa cakura kecamatan polombangkeng selatan, kepala desa bontomanai dan kepala desa banggae kecamatan mangarabombang.

Akibatnya untuk masyarakat yang punya potensi dalam pemerintahan, tertutup kesempatannya sehingga kata membuka 10.000 lapangan kerja hanya untuk menarik simpatisan saat pemilihan bupati.

Oleh karena itu tak terkecuali orang yang mendapat julukan Ustadz Lawan namanya membuat video tidak mau lagi mendukung Syamsari sampai cucu-cucunya.

(bersambung)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *