Blud Rumah Sakit H. Padjonga Dg. Ngalle Celakai Tenaga Honorernya, Para Petinggi di Lingkup Pemerintahan Krisis Prikemanusiaan

Topikterkini.id, Takalar – Betapa tidak bertahun-tahun bahkan ada yang mendekati 20 tahun memgabdikan dirinya di rumah sakit tetap justru pejabat berkompeten tidak bisa merumuskan solusi agar tenaga honorer dirumah sakit bergelar pahlawan masional H.Padjonga Dg.Ngalle bisa didata semoga mendapat kesempatan meperbaiki nasibnya.

Betapa tidak dengan niat baik pemerintah pusat untuk memperbaiki nasib para tenaga honorer dengan diberi kesempatan melengkapi berkas untuk pengusulannya paling tidak menjadi P3K, tetapi apa yang terjadi khusus dirumah sakit H.Padjonga Dg.Ngalle justru terhalang akibat krisis pri kemanusiaan para petinggi dirumah sakit tersebut.

Sejumlah tenaga honor dalam hatinya sudah punya peluang untuk perbaikan nasibnya yang sudah lama terkatung-katung.

Tetapi walau pemerintah pusat tidak henti-hentinya mencurahkan niat sucinya untuk memperbaiki nasib para tenaga honorer diseluruh republik indonesia, namun tidak bisa juga dirasakan seluruh tenaga honorer.

Seperti tahun ini oleh pemerintah pusat membuka kesempatan bagi tenaga honorariun lewat pendataan agar nantinya bisa diangkat kalau bukan ASN cukup dengan P3K.

Namun dengan niat suci pemerintah itu tak seluruhnya tenaga honorer bisa merasakan atau mendapat kesempatan pendataan.

Mantan ketua PWI takalar, Maggarisi Saiyye mengatakan kalau persoalan sudah krusial dialami tenaga honor seyogianya seluruh unsur pimpinan dalam lingkup pemerintah daerah wajib hukumnya mencurahkan perjatian demi menyelamatkan tenaga honorer dimaksud bukan berpangku terhadap surat edaran pemerintah pusat bahwa untuk tenaga honorer di blud rumah sakit tidak boleh diusulkan.

Anggota DPRD juga selaku wakil rakyat kata MaggarisiSaiyye seyogianya bisa memberikan solusi kepada pemerintah walau tanpa pengaduan tenaga honor.

Bukankah manusia yang berahlaq punya rasa dan punya hati dan kalau hal  ini dimiliki, kenapa mesti tidak ada solusi, mungkinka peresiden memecat para petinggi di takalar kalau menjawab surat kalau ada yang menglangi tenaga honorer dirumah sakit untuk didata.

Jawabnya pasti tidak kata Maggarisi karena namanya memohon untuk perbaikan nasib tenaga honor secara umum di rumah sakit adalah sesuatu yang wajar

Bisa dibayangkan betapa menderitanya tenaga honorer dirumah sakit, kadang bertugas malam tetapi setelah memungkinkan perbaikan nasibnya justru di potong oleh krisis perhatian dari pihak yang berkompeten, misalnya dirumah sakit H.Padjonga Dg.Ngalle sepertinya yang berkompeten memberikan perhatian perbaikan nasib tenaga honor terkesan manaurus saja atau bermasa bodo’.

Walau belum tentu akan bisa menjadi ASN tetapi setidaknya pimpinan mereka mau dan bisa menunjukkan rasa kemanusiaannya untuk mengusulkan terlebih yang hampir 20 tahun mengabdikan dirinya, kata mantan ketua PWI takalar MaggarisiSaiyye.

Kecuali faktanya para pimpinan dirumah sakit tersebut terlihat apatis dibuktikan aparat BKD yang seringkali ke rumah sakit.

Padahal sebagai manusia yang punya rasa dan punya hati idealnya dia bersama-sama mendatangi BKD mencari solusi untuk menyelamatkan para tenaga honor dari kehilangan kesempatan memperbaiki nasibnya.

Tetapi yang terjadi adalah diketahui tidak ada lagi kesempatan tenaga honorer di rumah sakit yang bergelar pejuang nasional H.Padjonga Dg.Ngalle untuk merobah nasibnya karena padsiang selasa 27/9 oleh manajemen rumah sakit bersama pihak BKD memutuskan untuk tenaga honorer tidak lagi bisa di data, kata sejumlah tenaga honorer

Menyikapi jeritan hati para tenaga honorer di rumah sakit tersebut, mantan ketua PWI takalar, MaggarisiSaiyye menceritakan punya teman baik seorang bupati diluar daerah setiap kali bertemu, setiap kali juga dengan statemennya ; buat apa ada pemerintah kalau masyarakat yang harus mengurusi dirinya sendiri.

Seperti dirumah sakit H.Pajonga Dg.Ngalle kata MaggarisiSaiyye buat apa para pimpinan kalau harus tenaga honor sendiri yang mengurusi dan memperjuangkan dirinya supaya bisa jadi ASN.

Betapa tidak kata Maggarisi sebagai manusia yang berahlaq mulia sesungguhya pengabdian tenaga honorer terlebih yang mendekati 20 tahun patut dihargai, bukan justru dibiarkan menderita.

MaggarisiSaiyye mengatakan kalau alasan blud dilarang aturan mendata tenaga honornya, apa salahnya kalau dicarikan solusi seperti menjawab larangan itu dengan surat kepada presiden RI untuk menghindari tudingan membiarkan anaknya terus kelaparan. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *