PALOPO TOPIKTERKINI.NET–Jika kita membiarkan wacana Islam moderat dicengkeram oleh barat, maka ia akan menjadi propaganda untuk melakukan labeling radikal terhadap umat Islam. Maka, generasi muda Muhammadiyah tidak boleh ketinggalan untuk mempopulerkan dan mengimplementasikan Islam moderat secara otentik. Demikian disampaikan oleh Dr. Hadi pada Forum Darul Arqam Paripurna (DAP) yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Makassar, 16 Agustus 2022. Caranya? Generasi muda Muhammadiyah harus konsisten menjadi scholarship atau akademisi Islam yang selama ini menjadi jargon IMM. Generasi muda Muhammadiyah harus mengisi ruang-ruang maya dan nyata dengan diskursus Islam moderat, tulis di jurnal-jurnal ilmiah supaya menjadi memory of the world bahwa Islam adalah agama damai, dan jalan tengah.
Islam moderat berasal dari istilah wasathiyah. Kata wasathiyah ditimbang dengan tiga ciri utama Islam, yakni: tawasuth/tengah, ta’adul/adil, dan tawazun/seimbang. Dalam Islam sudah tercermin karakter moderat, misalnya saja’ah (berani), itu adalah jalan tengah diantara penakut dan ceroboh, dermawan adalah jalan tengah antara pelit dan boros. Misalnya dalam QS. Al-Isra’: 29 “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu menjulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”. Ini adalah larangan untuk pelit dan boros.
Islam moderat sangat menghargai empat konsensus dasar nasional, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tungga Ika. Jika merujuk pada rumusan-rumusan Islam wasathiyah pada dokumen resmi Muhammadiyah, maka watak moderat telah menjadi nafas organisasi ini. Kita harus khawatir terhadap Indeks ketahanan nasional dalam bidang ideologi tahun 2021 berada pada skor 2,44 atau kurang tangguh, maka diperlukan penguatan dari seluruh warga bangsa supaya tidak jatuh pada titik rawan.
Generasi muda harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap empat konsensus dasar tersebut, juga tidak kalah pentingnya adalah menjadi pelopor untuk menguatkan komitmen kebangsaan, komitmen anti kekerasan, penghargaan terhadap kearifan lokal, dan rasa toleransi yang tinggi tanpa mengorbankan prinsip yang fundamental dalam agamanya. Selain itu? Generasi muda juga harus memiliki Intellectual Humility atau kerendahan hati intelektual, sebuah karakter positif yang memungkinkan individu untuk mengenali potensi kesalahan dalam setiap pendapat dan sikap, dan kemudian merevisi sikapnya.

Hasil riset menemukan, pada kelompok dengan intellectual humility beragama yang tinggi, ditemukan korelasi positif dengan toleransi beragama. Semakin individu dengan intellectual humility beragama tinggi, toleransi beragamanya juga cenderung semakin tinggi. Ini juga terkait dengan social skills yang sangat dibutuhkan di era disrupsi ini. DPP IMM telah berani mengambil tema AGILE Leadership, diantara karakternya adalah lahirnya pemimpin yang gesit memahami mereka bukan ahli yang mampu menyelesaikan persoalan yang kompleks, sendiri. Mereka menyadari punya kelemahan, sehingga bersedia mendengarkan orang lain dan menghargai umpan balik, tutup Hadi.